IDENTITAS BUKU
Judul : DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM
Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun Terbit : 1992
Tebal Halaman : 158
A. JUDUL
PER SUB BAB / BAGIAN
a.
Jeling
mata yang menambat hati
b.
Kalau
hati telah terikat
c.
Pandang
yang berarti
d.
Kebun
para di tepi sungai
e.
Mengunjungi
peralatan
f.
Di
peralatan
g.
Ibu
dan anak
h.
Panah
yang dilepaskan
i.
Laksana
merpati parah kena sumpitan
j.
Meneguhkan
ikatan
k.
Pertemuan yang mengecewakan
l.
Percakapan
antara kaum karabat
m.
Perselisihan
antara anak dengan orang tua
n.
Kepercayaan
yang memberi kekuatan
o.
Yasin
p.
Matahari
di balik awan
q.
Sia2
r.
Tinggal
seorang
s.
Termenung
seorang diri
t.
Pertemuan
yang menghabiskan
u.
Segala
yang suci membubung keatas
v.
Orang
pertapa
B.
SINOPSIS
Yasin merupakan anak
tunggal dari keluarga uluan. Dia seorang pemuda yang baru berumur dua puluh
tahun.Sekarang tinggalah ia berdua saja dengan ibunya.Ketika ia berumur 9 tahun
ayahnya meninggal dunia. Setiap hari Yasin dan ibunya berjualan hasil kebun ke
enam belas ilir, sungai musi palembang Suatu pagi ketika perahu Yasin
melewati sebuah rumah besar ia melihat seorang yang termashur cantik di negeri
itu. Gadis itu bernama molek. Ia baru berumur 17 tahun. Ia anak dari Raden
Mahmud yang terkenal kaya raya. Semenjak itu, setiap Yasin melewati rumah Molek
mereka saling berpandangan, Tanpa saling mengenal, mereka saling jatuh cinta. Akhirnya
pada suatu hari mereka ketemuan. Setelah betemu dengan Molek, Yasin kembali ke
panggiran. Selang beberapa waktu ibu Yasin, bibi Munah, ayah dan bunda pesirah
Thalib datang meminang Molek. Tapi mereka pulang dengan tangan hampa, karena
Cek Sitti berterus terang bahwa Molek tidak dapat diserahkan kepada orang
Uluan. Ia menangis dan menangis akhirnya ibunya tahu, kalau Molek menangis
karena ibunya menolak pinangan keluarganya Yasin. Setelah tahu hal itu, ibunya
Molek menjadi marah dan murka. Kemudian ia pun memberitahu Raden Mahmud.
Ayahnya sangat marah kepada Molek. Ia ditampar, ditempeleng dan mengatai Yasin
dengan kata-kata yang pedas. Molek dibenci oleh orangtuanya, seolah-olah ia
melakukan dosa besar. Ayahnya mengancam, kalau Yasin datang lagi menemui Molek,
maka ia akan binasa.
Pada suatu hari Molek
dipinang oleh Syaid Mustafa, yaitu seorang arab yang ternama kaya dan berharta
di kota Palembang. Pinangan itu diterima. Walaupun ia bukan keturunan nabi atau
berasal dari tanah suci. Molek dan Yasin putus asa dengan keadaannya. Pada malam
esoknya ia akan dikawinkan, Molek ingin bertemu dahulu dengan Yasin. Akhirnya
merekapun bertemu. Mereka saling melepas rindu. Namun ketika pertemuan itu
berlangsung tiba-tiba ombak menghantam perahu Yasin sehingga mereka berpisah. Setelah
pernikahan itu, orangtua Molek pergi untuk beribadah haji. Sejak menikah Molek
sering termenung dan sendiri. Suaminya tidak mencintai, ia sering ditinggal
suaminya itu. Ternyata dia hanya ingin menguasai harta dan kekayaan orang tua
Molek saja, bahkan suaminya itu tak menafkahinya sehingga ia sangat menderita.
Dalam kesendiriannya itu, Molek menulis surat buat Yasin; isi surat itu,
menyatakan penderitaan Molek selama ini dan ingin bertemu dengan Yasin.
Sebenarnya pertemuan itu pertemuan terakhir. Setelah menerima surat dari Molek,
Yasin dengan segera menemui Molek. Dalam pertemuan itu, Molek menjatuhkan diri
memeluk kaki Yasin. Ia meminta maaf karena telah menikah dengan laki-laki lain.
Perlahan Yasin mengangkat tubuh Molek dan memeluknya. Sambil berkata bahwa
Molek tidak bersalah. Tapi Molek tiba-tiba menjadi kasar kepada Yasin. Ia
mnyuruh Yasin untuk pergi meninggalkannya. Yasin terkejut dengan sikap Molek
itu. Ia pun pegi meninggalkan rumah Molek. Setelah kejadian itu, ia
menemukan sebuah surat terakhir dari Molek. Isi surat itu yaitu demi menjaga
kemuliaan cintanya kepada Yasin lebih baik ia berputih tulang.
Surat pertama dari Yasin
ia bawa ke liang lahatnya dan Molek pun menulis kalau ia akan menunggu Yasin di
akhirat. Yasin ingin menggagalkan niat kekasihnya itu namun ia gagal. Esoknya
ia mengetahui kalau Molek telah meninggal dunia. Beberapa hari Yasin tinggal di
kuburan Molek bersama-sama dengan orang yang mengaji buat arwah Molek. Beberapa
minggu sesudah itu Yasin pulang ke dusunnya Beberapa lamanya yasin tinggal bersama-sama
ibunya di sungai Lematang. Suatu hari ibunya sakit, lalu dibawanya ke dusun
Gunung Megang. Disanalah ibunya berpulang dan beberapa hari sesudah itu
hilanglah Yasin dari dusun kecil itu dan seorang pun tahu kemana peginya Yasin.
Pada suatu tempat rimba lebat di gunung Seminung, di pekan dusun Sukau
tinggalah seorang laki-laki telah lanjut dan ia adalah Yasin. Disana Yasin
bersahabat dengan anak muda yang bernama Rahma. Yasin menjadi orang tua yang
saleh dan taat beribadah. Suka menolong siapapun dengan segala tenaganya tanpa
pamrih. Hidupnya aman dan sentosa seakan-akan setiap waktu disinari oleh cahaya
Illahi.
I.
UNSUR-UNSUR INTRINSIK
1) TEMA adalah sesuatu yang mendasari cerita, yang
selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta,
kasih, rindu, takut, maut, religious, dan lain-lain. Tema dibedakan menjadi
tema utama (mayor) dan tema tambahan (minor).
Tema Mayor : Cinta yang terhalang oleh
Latar Belakang Keluarga yang berbeda (Keturuna/Kebangsawanan)
Sungguh iba
hatinya memikirkan kemalangannya itu…kebangsawanan, kemuliaan orang itu, terasa
kepada Molek sebagai suatu beban yang memberati hidupnya. Mengapakah ia turun
ke dunia sebagai orang bangsawan? Baginya lebih baik, lebih mujir dan
berbahagia ia lagi, kalau ia lahir sebagai orang biasa, orang yang tiada
meninggi-ninggikan dirinya, karena keturunan, yang pada hakekatnya hampa-kosong
itu. O, kalau ia lahir sebagai orang kebanyakan, orang yang tiada berbangsa,
berapalah beruntung dirinya! Jurang-jurang yang dalam, yang menceraikan dia
dengan kekasihnya itu, tentu tak kan ad, pastilah dapat hidup berbahagia dengan
buah hatinya itu.” Halaman 85
Tema Minor :
a.
Jeling
mata yang menambat hati
Tema “Cinta pada pandangan pertama”
Pada sub-bab pertama novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Cinta pada pandangan pertama”. Karena
menceritakan bahwa Yasin merasakan debaran-debaran yang luar biasa ketika
pertama kali melihat putri Raden Mahmud. Dan saat gadis itu hilang dari pandanagannya
Yasin terus terbayang akan wajah gadis itu.
b.
Kalau
hati telah terikat
Tema “Molek jatuh cinta”
Pada sub-bab kedua novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Molek jatuh cinta”. Karena
menceritakan bahwa Molek banyak berubah sejak ia melihat pemuda yang
terus-terus memandangnya. Hatinya terus berdebar-debar ketika ia teringat akan
pemuda itu. Dan iapun semakin memperhatikan dirinya, mulai berdandan dan terus
bercermin.
c.
Pandang
yang berarti
Tema “Kegelisahan dilanda cinta”
Pada sub-bab ketigaa novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Kegelisahan dilanda cinta”. Karena
menceritakan Yasin yang terus-menerus gelisah memikirkan gadis cantik yang baru
dilihatnya sehingga ia susah tidur karena hal itu.
d.
Kebun
para di tepi sungai
Tema “Hidup dari hasil kebun”
Pada sub-bab keempat novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Hidup dari hasil kebun”. Karena
menceritakan kehidupan Yasin dan keluarganya yang sederhana yang dapat bertahan
hidup dengan berkebun, dari kebun para, pisang dan lainnya.
e.
Mengunjungi
peralatan
Tema “Keresahan meninggalkan kebun”
Pada sub-bab kelima novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Keresahan meninggalkan kebun”.
Karena menceritakan Yasin dan bundanya yang resah jika mereka harus
meninggalkan kebun sementara mereka baru saja tiba dari Palembang. Banyak
sekali pekerjaan yang harus dikerjakan di kebun yang telah ditinggalkan selama
beberapa hari mereka di Palembang.
f.
Di
peralatan
Tema “Kemeriahan acara perkawinan”
Pada sub-bab keenam novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Kemeriahan acara perkawinan”. Karena
menceritakan tentang meriahnya acara perkawinan yang dilangsungkan selama lima
hari lima malam dengan di tampilkan berbagai acara seperti tarian, berpantun
dan lain-lain.
g.
Ibu
dan anak
Tema “Ikatan hati ibu dan anak”
Pada sub-bab ketujuh novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Ikatan hati ibu dan anak”. Karena menceritakan tentang Yasin yang sudah
lama menyembunyikan perasaannya. Ia tidak menceritakan kepada siapapun tentang
perasaannya kepada Molek termasuk kepada ibu kandungnya sendiri, namun sang ibu
tahu apa yang dirasakan Yasin dan akhirnya ia menanyakan kepada Yasin ada apa
dengan sikap Yasin yang dirasakannya aneh sejak mereka kembali dari Palembang.
h.
Panah
yang dilepaskan
Tema “Ungkapan hati Yasin kepada Molek”
Pada sub-bab kedelapan novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Ungkapan perasaan Yasin kepada Molek”.
Karena menceritakan tentang Yasin yang jauh-jauh dari Penanggiran ke Palembang
hanya untuk mencari tahu bagaimana perasaan Molek kepadanya. Ia mencari tahu
hal itu dengan cara menulis sebuah surat untuk Molek yang berisi tentang
perasaannya dan diselipkannya surat itu di dinding tempat Molek mandi.
i.
Laksana
merpati parah kena sumpitan
Tema “Surat yang membawa semangat”
Pada sub-bab kesembilan novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Surat yang membawa semangat”. Karena
menceritakan tentang Molek yang kembali bersemangat setelah membaca surat dari
Yasin.
j.
Meneguhkan
ikatan
Tema “Memantapkan hati”
Pada sub-bab kesepuluh novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Memantapkan Hati”. Karena
menceritakan tentang Molek yang membalas surat Yasin berisi tentang perasaannya
yang telah mantap untuk Yasin.
k.
Pertemuan yang mengecewakan
Tema “Pertemuan yang singkat”
Pada sub-bab kesebelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Pertemuan yang singkat”. Karena
menceritakan tentang Molek dan Yasin yang bertemu namun pertemuan mereka sangat
singkat. Mereka terpaksa harus mengakhiri pertemuan diantara keduanya karena
takut jika mereka dicurigai orang.
l.
Percakapan
antara kaum karabat
Tema “Berunding untuk melamar”
Pada sub-bab keduabelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Berunding untuk melamar”. Karena
menceritakan tentang keluarga Yasin yang berunding untuk melamar Molek.
m.
Perselisihan
antara anak dengan orang tua
Tema “perbincangan yang menegangkan”
Pada sub-bab ketigabelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“perbincangan yang menegangkan”.
Karena menceritakan tentang perbincangan antara Molek dan ibunya yang
kebanyakan membicarakan ketidaksetujuan ibunya terhadap Yasin sedangkan Molek
menginginkan Yasin.
n.
Kepercayaan
yang memberi kekuatan
Tema “kepercayaan yang menghadirkan kekuatan”
Pada sub-bab keempatbelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“kepercayaan yang menghadirkan kekuatan”.
Karena menceritakan tentang surat-surat yang ditulis oleh Yasin memberikan
kekuatan kepada Molek sehingga ia mampu bertahan dalam penderitaannya, begitu
pula sebaliknya.
o.
Yasin
Tema “penderitaan Yasin”
Pada sub-bab kelimabelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Ketabahan hati Yasin”. Karena menceritakan tentang Yasin yang tabah melewati
hari-harinya setelah lamarannya ditolak keluarga Molek.
p.
Matahari
di balik awan
Tema “pernikahan yang dipaksakan”
Pada sub-bab keenambelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“pernikahan yang dipaksakan”. Karena
menceritakan tentang Molek yang dikawinkan paksa oleh orang tuanya dengan orang
arab yang bernama Sayid Mustafa.
q.
Sia2
Tema “pekerjaan yang percuma”
Pada sub-bab ketujuhbelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“pekerjaan yang percuma”. Karena
menceritakan tentang perjanjian antara Molek dan Yasin yang menjadi sia2.
r.
Tinggal
seorang
Tema “Kesendirian”
Pada sub-bab kedelapanbelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Kesendirian”. Karena menceritakan
tentang Molek yang makin hari makin menyendiri karena perkawinannya.
s.
Termenung
seorang diri
Tema “Meratapi Nasib”
Pada sub-bab kesembilanbelas novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“Meratapi Nasib”. Karena menceritakan
tentang Molek yang termenung meratapi perkawinannya dan perpisahannya dengan keasihnya
Yasin.
t.
Pertemuan
yang menghabiskan
Tema “pertemuan terakhir”
Pada sub-bab keduapuluh novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan “pertemuan terakhir”. Karena menceritakan tentang pertemuan terakhir
antara Molek dan Yasin sebelum Molek meninggal dunia.
u.
Segala
yang suci membubung keatas
Tema “kepergian Molek”
Pada sub-bab keduapuluhsatu novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“kepergian Molek”. Karena
menceritakan tentang Molek yang memilih untuk mengakhiri kehidupannya dari pada
menderita dengan perkawinannya.
v.
Orang
pertapa
Tema “kehidupan Yasin”
Pada sub-bab keduapuluhdua novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, bertemakan
“kehidupan Yasin”. Karena
menceritakan tentang seluk beluk kehidupan Yasin setelah lama kepergian Mol;ek
dan ibunya.
2) PENOKOHAN
Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.
Dalam novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, terdapat
tokoh utama dan tokoh tambahan.
G Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam sebuah
cerita yang bersangkutan, ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama meliputi;
– Yasin : Rajin, Penyayang, saleh dan taat beribadat,
suka menolong.
“Sebenarnya dari kecil ia biasa bekerja
membanting-tulang menolong orang tuanya mencari nafkah.” Halaman 3
“Yasin amat kasih kepada bundanya itu. Dengan
segala tenaga diusahaannya, supaya perempuan tua itu selamat dan sentosa
hidupnya pada hari akhirnya.” Halaman 5
“siapakah yang tiada tahu akan Yasin orang tua
yang saleh dan taat beribadat itu, yang suka menolong siapa juapun dengan
segala tenaganya, tak memandang untung atau laba.” Halaman 154
– Molek : cantik, baik, rendah hati
“sesungguhnya perawan itu tiada berdandan, jauh
dari berhias, tetapi kecantikan sejati, tiada cacat oleh kecantikan dandan,
tiada pucat oleh ketiadaan sunting dan perhiasan, bahkan dalam keadaannya yang
bersahajaitu sunyi dari buatan dan tambahan, lebih permai, lebih semarak
kelihatan.” Halaman 7
“Raden Mahmud dengan isterinya amat sayang pada
anaknya yang seorang itu, karena perangainya amat berbeda dengan yang lain. Ia
rendah hati, pengiba dan penyayang baik pada manusia maupun pada hewan.” Halaman 10
– Ibunda Yasin : bijaksana, baik, penyayang
”Hal itu tidak dapat kita percakapkan, karenasi
telah menjadi bubur, tak dapat diubah lagi. Sukarang hanya harus kita pikirkan
jalan manaah yang se-baiknya kita lalui, supaya cita2 Yasin sampai jua.” Halaman
78
“tapi seorang ibu yang penuh kasih sayang tahu setiap
waktu akan keadaan anaknya tiap2 perubahan bagaimana juapun kecilnya, baik
lahir maupun batin tiada luput dari matanya yang senantiasa menyinarkan cahaya
cinta itu.”
– Cek Sitti : Sombong,
penyayang
“Sitti berkata terus terang, bahwa anaknya yang bungsu itu tak dapat
diserahkan kepada orang Uluan. Jodohnya mesti seorang bangsawan seperti dia
pula.” Halaman 82
“kemudian berkatalah ia dengan riangnya sambil tersenyum seperti akan
melipurkan hati anaknya itu: Molek, tahukah engkau! Tadi datang tiga orang
perempuan Uluan kemari akan meminangmu. Tiada gelikah engkau memikirkannya.
Ibung2 telah berani meminta engkau akan jadi istri anaknya.” Halaman 89
“engkau hendak
bersuamikan si Ulu busuk itu. Sungguh, engkau telah gila. Untuk penyapu rumahku
ini lagi tak mau akan menerima orang Uluan. Jangan lagi untuk menjadi suami.” Halaman 90
– Raden Mahmud : kasar,
egois, sombong
“Ya, padaku jangan dicobanya sekali lagi serupa
itu,” Ujar Raden Mahmud. “orang lain biarlah orang lain, tetapi aku tak mau
didekati si Ulu pongah itu, meski bagaimana juapun ber-dering2 perak dan
emasnya. Anakku biarlah tiada bersuami sampai tuanya, dari pada aku menerima
orang Uluan serupa itu menjadi menantu.” Halaman 86
“Raden Mahmud tak ter-kira2 panas hatinya mendengar
kata anaknya itu. Dengan jalan apa juapun mereka mesti memaksa Molek kawin
dengan Sayid Mustafa orang Arab yang Kaya itu.” Halaman 107
“ayahnya sangat marah kepadanya, sehingga tak sedikit
juapun tampak kasih sayangnya. Ia ditampar, ditempelengnya, dan berbagai
perkataan yang pedih2 dikatakannya terhadap kepada Yasin kekasihnya itu.” Halaman 92
A
Tokoh
Tambahan, meliputi;
A
Muluk
A
Pesirah Talib
A
Sayid Mustafa: kikir
“Dalam pada itu kikirnya tiada ter-kira2.
Belanja yang ditinggalakannya se-hari2 pada Molek amat sedikit, hampir2 tiada
cukup untuk makan mereka berdua.” Halaman
126
A
Raden
Muhammad Yusuf
A
Zubaidah
A
Isteri
Pesirah Talib
A
Bibi Munah
A
Tokoh
Protagonis
Yasin dan Molek
A
Tokoh
antagonis
Raden Mahmud dan Cek
Sitti, Sayid Mustafa
A
Tokoh Bulat
Yasin, Molek, Raden
Mahmud, Cek Sitti, Ibunda Yasin
A
Tokoh
Sederhana
Muluk, bibi munah, ibunda
Yasin
A
Tokoh Statis
Sayid Mustafa, Muluk.
A
Tokoh
berkembang
Yasin
Molek
Teknik pelukisan tokoh dari Novel
DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM menggunakan teknik ekspositori, yaitu pelukisan
tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian dan penjelasan secara
langsung tentang tokoh.
3) SUDUT PANDANG
Sudut
pandang yang dipergunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh
yaitu sudut pandang persona ketiga (ia, dia). Yang dalam hal ini, pengarang
sebagai pengamat (sebagai narator). Selain itu juga, pengarang
menyebutan langsung nama dari tokoh-tokoh yang berperan dalam tiap-tiap
peristiwa pada novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM.
4) ALUR/PLOT

Alur atau plot pada Novel DIAN
YANG TAK KUNJUNG PADAM, menggunakan alur
maju. Yaitu diceritakan dari awal pertemuan antara Molek dan Yasin hingga akhir
dari kisah mereka secara beruntut.

Pada pengembangan plot dalam
novel ini, ditunjang oleh adanya perkenalan, permunculan konflik, peningkatan konflik,
klimaks dan penyelesaian.
F
Tahap perkenalan/penyituasian pada tahapan ini pengarang perkenalkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam
cerita.
“menilik pada badannya dan lengannya nyatalah ia bukan seorang yang besar
dalam bujikan, dalam cumbuan, bahkan sebaliknya.” Halaman 3
F
Tahap permunculan Konflik yang terkandung dalam novel ini, yaitu ketika Yasin mengutarakan isi
hatinya kepada ibunya tentang perasaannya kepada Molek putrid Raden Mahmud.
“beberapa lamanya Yasin menundukkan kepalanya melihat batu2 kecil ditepi
air yang ber-cahaya2 rupanya disinari matahari. Sekonyang2 iapun memalingkan
mukanya kepada mata ibunya yang terang dan tajam seakan2 hendak meng-amat2i
berubah atau tidakkah ia mendengar perkataannya: “Bunda, sejak kita pergi ke
Palembang baru ini, jatuh cinta…kepada anak Raden Mahmud.” “mata perempuan
itupun terbelalak, tetapi Yasin segera menyambung perkataannya” “ya, anak Raden
Mahmud saudagar yang kaya itu. Tetapi ibu tak boleh heran, ibu tak boleh
menyangkal, ibu harus menerima hal itu seperti aku menerima dia.” Halaman 43
F
Tahap Peningkatan Konflik yang
terdapat dalam novel ini, yaitu ketika ibunda Yasin dan sanak keluarga pergi
melamar Molek namun pada akhirnya lamaran itu ditolak mentah-mentah oleh
orangtua Molek.
“belum selang beberapa lama ibu Yasin dengan dua orang perempuan lain dan
seorang laki2 turun dari rumah yang besar itu, balik dari meminang Molek.
Mereka pula dengan hampa tangan, karena cek Sitti berkata terus terang bahwa
anaknya yang bungsu itu tak dapat diserahkan kepada orang Uluan. Jodohnya mesti
seorang bangsawan seperti dia pula.” Halaman 82
F
Tahap Klimas yang
terdapat dalam novel ini, yaitu ketika Molek bersedih memikirkan nasib cintanya
dengan Yasin yang terhalang karena kebangsawanannya.
“dengan tiada dirasainya melelehlah air matanya dipipinya yang lembut itu.
Sungguh iba hatinya memikirkan kemalangannya itu…kebangsawanan, kemuliaan orang
itu, terasa kepada Molek sebagai suatu beban yang memberati hidupnya.
Mengapakah ia turun ke dunia sebagai orang bangsawan? Baginya lebih baik, lebih
mujir dan berbahagia ia lagi, kalau ia lahir sebagai orang biasa, orang yang
tiada meninggi-ninggikan dirinya, karena keturunan, yang pada hakekatnya
hampa-kosong itu. O, kalau ia lahir sebagai orang kebanyakan, orang yang tiada
berbangsa, berapalah beruntung dirinya! Jurang-jurang yang dalam, yang
menceraikan dia dengan kekasihnya itu, tentu tak kan ad, pastilah dapat hidup
berbahagia dengan buah hatinya itu.” Halaman 85
F
Tahap penyelesaian yang terdapat dalam novel ini, yaitu ketika Molek telah benar-benar hancur
dan dia memutuskan untuk meninggalkan dunia agar ia bisa tenang hidupnya.
“kakandaku, jiwaku! Mengapakah maka tiap2 perceraian itu penuh kesedihan,
se-akan2 penderitaan yang sudah2 belum cukup beratnya. Aku tiada menaruh dendam
dan dengki, tiada pada orang tuaku yang menyebabkan sekalian penderitaan ini
dan tiada pula pada suami duniaku yang menjadikan aku perkakas untuk mencapai
napsu keduniaannya pada masa aku hendak meninggalkan dunia yang fana ini, harus
aku bersihkan dulu diriku dari sekalian yang rendah dan tiada layak itu, agar
tak ada yang menghalangi aku berpindah ketempat ruh dan arwah dengan wajah
kakanda yang mulia itu.” Halaman 143
F Konflik
Internal, yaitu konflik yang terjadi
di dalam diri tokoh utama.
Sungguh iba
hatinya memikirkan kemalangannya itu…kebangsawanan, kemuliaan orang itu, terasa
kepada Molek sebagai suatu beban yang memberati hidupnya. Mengapakah ia turun
ke dunia sebagai orang bangsawan? Baginya lebih baik, lebih mujir dan
berbahagia ia lagi, kalau ia lahir sebagai orang biasa, orang yang tiada
meninggi-ninggikan dirinya, karena keturunan, yang pada hakekatnya hampa-kosong
itu. O, kalau ia lahir sebagai orang kebanyakan, orang yang tiada berbangsa,
berapalah beruntung dirinya! Jurang-jurang yang dalam, yang menceraikan dia
dengan kekasihnya itu, tentu tak kan ad, pastilah dapat hidup berbahagia dengan
buah hatinya itu.” Halaman 85
F Konflik
Eksternal, yaitu konflik
yang terjadi di lingkungan luar tokoh utama.
“ayahnya sangat marah kepadanya, sehingga tak sedikit juapun tampak
kasih sayangnya. Ia ditampar, ditempelengnya, dan berbagai perkataan yang
pedih2 dikatakannya terhadap kepada Yasin kekasihnya itu.” Halaman 92
“Sitti
berkata terus terang, bahwa anaknya yang bungsu itu tak dapat diserahkan kepada
orang Uluan. Jodohnya mesti seorang bangsawan seperti dia pula.” Halaman 82
F Akhir suatu cerita dalam novel ini, yaitu menampilkan adegan sebagai penyelesaian
yang terkait dengan adanya rasa kesedihan (sad ending). Karena Yasin tak dapat bersatu
dengan kekasihnya Molek di dunia. Novel ini juga merupakan Novel terbuka,
karena membiarkan pembaca menentukan sendiri kelanjutan dari kisah kehidupan
Tokoh utamanya.
5) LATAR
Latar Tempat
:
Palembang : “Hatta pada suatu hari tiba pulalah
Yasin di Palembang membawa para dan
pisangnya.” Halaman 70
Penaggiran : “Di ruang tengah rumah pesirah
Talib di dusun Penanggiran duduklah
pada suatu petang Yasin dengan ibunya, Muluk dan pesirah Talib dengan
isterinya.” Halaman 75
Gunung Megang : “Di gunung Megang lima hari lamanya mereka berunding dengan Bibi
Munah” Halaman 80
Kuburan : “Beberapa hari
Yasin tinggal di kubur ber-sama
dengan orang yang mengasikan arwah perempuan yang berpulang itu”. Halaman 147
Perahu : “sebuah layang2 jatuh dekat Yasin ditengah sampan2 yang menanti itu.
Sekalian sampan itu oleng dan air ber-ombak2, galah meranting diatas perahu.” Halaman 17
Sungai Musi : “sesungguhnya amat sedap pemandangan di Sungai Musi pada waktu dini hari. Ketika kesunyian malam ketika
kesunyian malam lambat laun berubah menjadi kesibukan siang.” Halaman 5
Pasar : “Yasin telah menjual perahunya. Ia pergi membeli2 ke pasar enam belas Ilir, sebab esok hari
ia akan pulang ke dusun” Halaman 15
Dapur : “Cek Sitti, isteri Raden Mahmud, duduk di dapur menjerangkan air panas. Tiap2 pagi, setelah sembahyang subuh,
itulah kerjanya, sebab sebelum suaminya pergi ke took di Enam belas Ilir
diberinya minum kopi dan makan kue2 dahulu.” Halaman 9
Latar Waktu :
Malam :
“malam itu jua ditulisnyalah surat kepada Molek, dan setelah
selesai redalah rasa hatinya.” Halaman 103
Pagi : “keesokan harinya pagi-pagi duduklah ia diujung perahunya, menanti2kan Molek member
isyarat kepadanya.” Halaman 71
Siang : “lewat Lohor sedikit mereka naik perahu
dan berdayung ke dekat rumah Raden Mahmud kembali.” Halaman 15
Sore :“kira2 pukul lima ia dibangunkan bundanya; sambil mengeluh iapun
berdirilah dan dari badannya mengalir peluh sangat banyaknya.”Halaman 17
“matahari yang hampir terbenam itu
mencurahkan cahayanya yang penghabisan”
Latar Suasana :
Sedih : “keesoakan harinyaketika
Molek bangun amat-amat berat kepalanya se-malam2an ia menangis karena
memikirkan kemalangannya. Ayahnya sangat marah kepadanya, sehingga tak sedikit
juapun lagi tampak kasih-sayangnya. Ia ditampar, ditempelengnya dan ber-bagai2 perkataan
yang pedih2 dikatakannya terhadap kepada Yasin kekasihnya itu.” Halaman 92
Bahagia :“sejurus
lamanya Molek menurutkan perasaan yang nikmatitu. Setelah reda gelora cinta
itu, ia pun terus menulis, demikian bunyinya : “tiada dapat adinda katakana betapa girang hati adinda menerima surat
kakanda itu. Sekarang sea-akan2 sudah terbuka bagi adinda suatu jalan kea rah
tempat yang mulia, yang telah lama ter-bayang2 oleh adinda.” Halaman 63
Gelisah : “sedang
orang bergirang hati,bersenda gurau dan bercumbu2an, ia harus hadir di tempat
ber-suka2an itu dengan hati yang penuh gundah gulana dan pikiran yang kusut. Pertentangan,
keriangan yang dilihat dan didengarnya dengan batinnya yang kacau-balau itu
laksana olehnya seolah2 sebilah sembilu yang tipis dan tajam yang disayatkan
pada dagingnya lambat2, perlahan2…..pedih sedikit2, menyayat lambat2,…tetapi
terus mendalam! Halaman 39
Latar Atmosfer :
”Belum
seorang juapun sampai kesanadan udaranya
yang lembab se-akan2 uap uap tanah yang hitam dan amat subur itu.”
“ Dalam gelap-gulita itu iapun berjalan dengan
tiada tentu arah tujuannya, laksana kapal kehilangan pedoman.”
”Angin pagi sejuk
itu berembus menyegarkan badannya dan ketika itu tetap pikirannya hendak
mencegah kekasihnyanmengerjakan pekerjaan yang ngeri itu.”
6) GAYA BAHASA
Di dalam novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM ini,
terdapat beberapa Gaya bahasa diantaranya yaitu :
1.
Simile :
perbandingan dua hal yang hakekatnya berlainan, akan tetapi sengaja dianggap
sama: seperti, sebagai, ibarat, dan sebagainya.
“sungai musi yang lebar itu berkilau-kilauan
seolah2 sebuah cermin yang amat besar.” Halaman
3
“lampu dirumah dan diperahu terbayang, gelisah
seperti ular melata di tempat yang licin.” Halaman
3
“rambut yang hitam dan lebat berserak
dipunggungnya yang kuning seperti gading pilihan.” Halaman 7
“mengapakah engkau tersenyum Molek?” katanya
sambil memperhatikan muka anaknya yang kemerah2an seperti jambu air yang ranum
itu.” Halaman 9
2.
Personifiasi
yaitu perbandingan dengan cara menghidupkan atau menganggap benda mati,
tumbuh-tumbuhan, binatang seperti manusia.
“dalam waktu yang akhir itu harga para amat
jatuh, sehingga sekalian orang yang mempunyai kebun para kusut pikirannya.” Halaman 4
“Molek bolehlah dibandingkan dengan bunga
mawar yang tinggal suci tumbuh di-tengah2 semak yang rapat.” Halaman 56
“ai sungai musi berombak2, sehingga sekalian jukung
dan perahu yang tertambat dengan tenang, tiba2 menari-nari di muka ai.” Halaman 7
3.
Hiperbola yaitu gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
melebih-lebihkan baik jumlah, uuran atau pun sifatnya dengan tujuan untuk
menekankan, memerhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
“seketika ia lupakan dirinya, seketika ia
diambungkan oleh ombak percintaan setinggi langit.”
Halaman 13
7) AMANAT
1.
Tidak
selamanya harta dapat memberikan kebahagiaan.
2.
Cintailah
seseorang dengan tulus, jangan hanya melihat harta tapi lihat juga bagaimana
dia bisa membuat kita bahagia.
3.
Seburuk
apapun orang tua, kita sebagai anak harus tetap patuh kepadanya.
4.
Manusia harus sabar dan
tawakal menghadapi segala macam cobaan dan penderitaan keran sesungguhnya dalam
kesulitan itu ada kemudahan.
8)
Aliran
Aliran dari
novel DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM
yaitu aliran mistisme. Dalam aliran ini terasa ciptaan yang bernapaskan rasa
ketuhanan. Pengarang selalu mendekatkan dirinya kepada Zat yang Mahatinggi. Aliran
ini melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, pada filsafat, dan alam
gaib.
“sekali peristiwa ia
pergi naik haji dengan isterinya. Delapan tahun lamanya ia bernaung di mekkah
menuntut ilmu.” Halaman 21
“mereka itu taat berbuat ibadat. Dalam
kehidupannya yang tenang itu tiada pernah mereka melupakan kewajibannya sebagai
umat islam. Sembahyang lima waktu jarang ditinggalinya, meski mereka di jalan
sekalipun, dan kalau mereka tak dapat bekerja dan terpaksa tinggal di rumah
karena hujan, kerap kali mereka mengeluarkan Qur’an akan dibacanya.” Halaman 25
izin copas kak sinopsi dan unsur intrinsiknya sangat membantu terimakasih sebelumnya
BalasHapusIts so good
BalasHapus